“Gak kerasa udah setahun lebih kita
bareng ya.” Celetuk ku sambil menikmati rokok dan memandang langit malam yang
di penuhi bintang. Cuaca lagi bagus-bagusnya bulan ini, angin yang gak terlalu kencang juga cerah. Pas
untuk orang yang selalu berkeliaran dengan sepda motornya.
“Bener,
waktu cepet bergantinya. Dulu ae coba lek jam segini biasanya udah stand by di rumah, kalau gak nonton TV
ya paling dengerin musik sambil BBM an.” Temanku menyambungnya. Dan kami semua
tertawa lepas.
“Emang
Dana lah, kalau ngomong random banget.”
Pikir Tuwan dalam hati.
Kami
bertiga, duduk di suatu tempat yang kami sebut StarHill. Sederhana sih tempatnya, cuma kaya taman kecil di
seberang rumah orang di daerah perumahan elit di Malang. Di sana kami Cuma
biasa ngobrol, paling sambil makan jajanan yang dibeli di Indomaret atau
Alfamart dan tentunya ngerokok untuk aku dan satu temanku. Emang paling enak
kalau ada waktu dimana kami Cuma duduk diam, memandang langit penuh bintang,
memikirkan segala sesuatu hal yang random
apapun itu.
“Abis
ini mau kemana lagi?” kata Tuwan mulai membangunkan lamunanku dan Loy.
“Iyo,
nang ndi ya? Ngepool aja mau?”
“Ayoo.
Budal, gimana Loy?”
“Masih
jam 8 juga, berangkat lah.”
“Siap,
budal rek.” Kataku seraya berdiri meregangkan badan dan siap-siap untuk
berangkat menuju tempat kami biasa billyard.
Semua
memang penuh hal-hal random kalau kita ngumpul bareng. Mulai dari ngomong gak
jelas yang lalu di akhiri dengan pembullyan
orang yang memulai atau gerakan-gerakan absurd
bin konyol yang lebih gak jelas lagi. Mau pergi juga kadang gak di
rencanaain dulu, emang sih munurut ku go
without any plans adalah hal yang seru plus
bego karena nantinya bakal gak tau mau ngapain lagi kalau udah sampe tempat
tujuan. Ya kayak gini, kalau tempat billyard pas penuh, paling juga end up di atas jogging road tempat billyard
biasa kami di Istana Dieng.
“Loy
ayo ndangan, nanti penuh lo tempat e.”
“Iyo
Loy, emang lama kok kon.”
Teriakan
ku dan Tuwan membuat Aloy hanya tertawa sambil menyumpah serapahi kami. Lantas
mulai lari-lari kecil kami ke tempat billyard.
Tempat
billyard kami berada di dalam gedung yang di isi dengan banyak hal. Ada gym, swimming pool, bowling, dan
tentunya billyard. Setelah memberikan kartu pelajar, kami mulai pergi menuju
meja 8, tempat langganan kami kalau main di sini.
“Na,
udah berapa batang hari ini? Jangan banyak-banyak lah.” Celetuk Tuwan saat
melihat ku menyalakan rokokku. Aku hanya bisa tersenyum kecut dan bergumam
kecil.
“Ya
amin-in aja lah ya. Secepatnya Wan. Hehe.”
“Emang
dari dulu kan kon kalau ngomong
amin-in amin-in, usaha lah bro.”
“Ya
kan emang susan Wan, aku juga maunya berenti merokok.”
“Paling
gak kayak Aloy aja lah, rokok an juga gak banyak-banyak kayak kon. At least, he didn’t smoke everytime we wait
for something.” Sindir Tuwan lagi kepadaku. Aloy yang mendengar itu hanya
bisa tertawa lepas kencang sekali. I very
hate that laugh, a laugh that looks like he mocking me.
“Ketawa
aja kon Loy, kon juga lagi ngerokok sekarang, inget Loy inget.” Kata ku dengan
nada agak marah sambil menggempalkan tangaku ke dada. Aku menyindir Aloy yang
mempunyai asma namun tetap merokok bersamaku. Memang dari semua teman-teman ku,
ralat bukan teman tapi saudara, hanya aku dan Aloy yang merokok. Aloy juga
merokok gak parah-parah banget. Hanya kadang dia menemaniku merokok atau kalau
dia lagi stress sendiri baru dia merokok.
“Yee,
aku sudah gak asma lagi sampe sekarang. Sok ide kan kon, makanya jangan sok ide.
Hahaha, dasar kon.” Tawa dia lepas seketika itu juga. Membuat orang-orang
sekitar menengok kami dengan tatapan yang aneh.
“Cok
lah, malu Loy. Ketawamu kaya setan aja. Fuck
you.” Acungan jari tengahku melayang di depan mukanya. Aloy hanya tersenyum
menyindir sedangkan Tuwan Cuma geleng-geleng kepala melihat aksi kami berdua.
“Udah
lah, pada gak mau main ini? Dari tadi belum mukul-mukul, pak.” Tuwan mulai
terlihat kesal. Aku dan Aloy menyudahi makian kami dan lanjut bermain.
“Di
sini yang paling jago main emang Aloy, belum apa-apa aja sudah mau habis nih
bola dimasukin dia.” Kata Tuwan kepada kami. Memang kalau dipikir-pikir yang
pertama kali main billyard dia. Aku mulai main billyard iseng-iseng aja dia
yang ngajarin, sedangkan Tuwan rasanya baru main pas jalan sama kita.
Gak
kerasa hampir dua jam kami main, banyak lah kata-kata kotor dan rokok yang
terbuang di sana. Menjadi satu kenangan tersendiri ini tempat. Suatu saat kalau
kita berpisah dan bertemu lagi, pokoknya harus mampir kesini, fix harus mampir.
0 komentar:
Post a Comment